Jumat, 03 Desember 2010

Waktu dan kehidupan

I. Karakteristik Waktu
Waktu adalah milik manusia yang paling berharga. Oleh karena itu pergunakan waktu sebaik mungkin, karena waktu apabila telah lewat tidak akan dapat diharapkan kembali lagi. Berbeda dengan suatu benda yang telah hilang, masih mungkin ditemukan kembali (QS. An Naazi’aat (79) : 46).

Sebagai muslim yang baik, hendaknya kita sadar bahwa waktu itu sebagai sesuatu yang berharga, karena waktu adalah umurnya. Perjalanan hidup manusia melaju dengan cepat menuju kepada Allah SWT. Sedangkan setiap kemajuan yang keluar pada suatu pagi, tidak lain merupakan satu fase dari fase-fase 
perjalanan yang tidak terhenti sampai disini saja, melainkan untuk selamanya. Dan orang-orang yang berakal dapat mengetahui kebenaran itu. Oleh karena itu, hendaknya kita betul-betul mengetahui dengan jelas apa yang sudah kita kerjakan pada waktu yang lalu dan apa yang wajib kita kerjakan untuk masa yang akan datang. Hendaknya kita selalu mengadakan perhitungan untung rugi dari apa yang telah kita kerjakan, apabila ternyata kita mendapat kerugian dari amal-amal kita, maka hendaknya kita tutup dengan memperbanyak amal-amal kebajikan untuk masa datang dan apabila kita memperoleh keuntungan dari amal-amal kita, maka lebih ditingkatkan lagi agar kita memperoleh bekal lebih banyak lagi untuk kehidupan kita kelak, baik di dunia maupun di akhirat.

II. Mensyukuri Nikmat Umur
Di antara sekian banyak nikmat Allah yang kita pakai dan kita pergunakan setiap hari, maka yang sangat kita rasakan adalah nikmat umur yang kita pakai sekarang ini. Umur yang kita pakai sekarang ini adalah salah satu nikmat Allah yang mahal harganya dan paling tinggi nilainya. Kalau Allah SWT telah memanjangkan umur kita sekarang ini, maka sudah sepantasnya sebagai terima kasih kita, sebaiknya kita gunakan untuk mengabdi kepada Allah dalam arti yang sebenarnya-benarnya, mengabdi untuk berbuat baik kepada masyarakat sebanyak mungkin, disamping mengerjakan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya serta bersedia menegakkan hukum-hukum Allah dengan patuh dan tunduk.
Umur yang kita pakai sekarang ini akan kita pertanggungjawabkan kepada Allah nantinya, untuk apa umur kita habiskan. Pada waktu itu tidak dapat berdusta sedikitpun, sebab seluruh anggota badan kita menjadi saksi tentang apa dan untuk apa dipergunakan umur yang sekian puluh tahun dipakai.
Sabda Nabi Muhammad SAW : “Belum lagi hilang jejak telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat, sehingga kepadanya telah diajukan empat pertanyaan :
1. Dari hal umurnya, kemana dihabiskan
2. Dari hal tubuhnya, untuk apa dipakainya
3. Dari hal ilmunya, apa yang sudah diamalkannya dengan ilmunya
4. Dari hal harta, dari mana diperolehnya dan untuk apa dibelanjakannya” (HR. Turmudzi)
Bagi manusia yang beriman kepada Allah, pasti mempercayai bahwa suatu saat yang telah ditentukan umurnya akan bercerai dengan badannya bila ajalnya telah datang dan dia berpulang ke rahmatullah untuk mempertanggungjawabkan umurnya kepada Allah. Bila kepercayaan itu sudah tumbuh dan sudah menjadi keyakinan yang kuat, tentunya setiap orang akan berhati-hati terhadap sisa umurnya, sebelum datang ajalnya untuk mencapai husnul khotimah, yaitu penghabisan umur yang baik.
Oleh karena itu, kita sama-sama ingat pada pesan Nabi Muhammad SAW mengenai penggunaan segala kesempatan dalam hidup ini sebagaimana dikemukakan sebagai berikut, “Pergunakanlah lima hal sebelum datangnya lima hal:
1. Pergunakanlah sehatmu sebelum datang sakitmu
2. Pergunakanlah lapangmu sebelum datang kesempitanmu
3. Pergunakanlah mudamu sebelum datang tuamu
4. Pergunakanlah kayamu sebelum datang kemiskinanmu
5. Pergunakanlah hidupmu sebelum datang kematianmu.”
(HR. Bukhari)  

III. Akibat Tidak Memanfaatkan Waktu
1. Kekosongan Akal
Akal merupakan mutiara terbesar yang dmiliki manusia. Manusia tanpa memfungsikan akal untuk mengenal Rabbnya, maka nilainya tidak ubahnya seperti binatang (QS. Al Anfaal (8) : 22). Karenanya kita harus menyadari pentingnya pengisian akal dengan sesuatu yang bermanfaat yaitu tadabbur (memperhatikan) Allah SWT dengan kewajiban yang harus dipenuhi, serta tafakur (memikirkan) makhluk-makhluk ciptaan-Nya (QS. An Nahl (16) : 12)   
2. Kekosongan Hati
Hati laksana bejana tempat bersemayamnya iman dan juga hawa nafsu (QS. Al Hujuraat (49) : 7). Hendaklah mewaspadai penyakit-penyakit hati yang akan menjerumuskan dirinya pada kehancuran, diantaranya adalah dengki, dendam dan benci kepada sesama manusia, takabur, sombong, hasad, iri hati dan sebagainya. Hendaklah memberi makan hati dengan banyak mengingat Allah SWT melalui mendengar dan membaca Al Qur’an serta memperbanyak do’a.
Letaknya hati ada di dalam jiwa, apabila tidak disibukkan dengan aktivitas positif, maka ia akan menyibukkan kita dengan aktivitas kebatilan. Menyibukkan jiwa dengan kebaikan adalah ialah menyucikan, mendidik dan menarik tali kekangnya dari yang batil (QS. Asy Syam (91) : 9-10). Jiwa yang kosong dari sikap serius dan sikap penuh kesucian, akan menyebabkan senantiasa menyelimutinya, mengalami kegersangan dan dekadensi moral. Demikianlah keberadaan jiwa yang kosong. Tidak bersua, tidak bekerja, tidak beriman dan tidak beragama. Obsesinya (cita-citanya) hanya berbuat dan bermain di dunia ini dengan perbuatan yang sia-sia, yang nantinya akan diikuti oleh kekecewaan dan penyesalan kelak di akhirat (QS. Az Zumar (39) : 56)

IV. Kewajiban Muslim Terhadap Waktu
1. Menjaga dan memanfaatkan waktu
2. Tidak menyia-nyiakan waktu
3. Mengisi kekosongan dengan perbuatan yang mendatangkan kebaikan
4. Berlomba-lomba dalam kebaikan (QS. Al Baqarah (2) : 148)
5. Belajar dari perjalanan hari demi hari (QS. An Nuur (24) ; 44)
6. Mengatur waktu
7. Bagi tiap waktu ada aktivitas tertentu
8. Memilih waktu-waktu yang istimewa